Demo Site

Jumat, 16 April 2010

Dijalan Mana Anda Menikah?


Kupeluk ia dengan sepenuh-penuh rindu
Namun terobatikah rindu setelah itu?
Kukecup bibirnya demi melepaskan tuntutan gejolak hati
Namun ia semakin menjadi-jadi
Sepertinya kegelisahan jiwa tak bisa terobati
Kecuali jika kedua nyawa ini bertemu (dalam ikatan suci)
"Ibnu Ar Rumi"

Yang terpenting dari setiap perbuatan ialah niatnya, "Bahwasanya semua amal itu tergantung niatnya, dan bahwasanya apa yang diperoleh oleh seseorang adalah sesuai dengan apa yang diniatkannya..." (HR. Bukhari dan Muslim). Kalau niat anda bukan untuk beribadah kepada Allah dan untuk menegakkan syari'at Islam berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah, berhentilah membaca dan temukan dahulu niat yang tulus ikhlas tersebut !!!
"Tidaklah Rasulullah saw dihadapkan pada pilihan antara dua hal, kecuali beliau mengambil yang lebih mudah, asalkan bukan dosa" (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah saw bersabda kepada 'Ukaf bin Wada'ah Al Hilali, " Apakah engkau telah beristri wahai 'Ukaf ?" Ia menjawab, "belum", Rasul saw bersabda , " tidakkah engkau mempunyai budak perempuan ?" Jawabnya "Tidak". Sabda beliau, "bukankah engkau sehat lagi berkemampuan?" Jawab 'Ukaf, " Ya, Alhamdulillah ". Maka beliau bersabda: " Kalau begitu engkau termasuk teman setan. Karena engkau mungkin termasuk pendeta Nasrani, lantaran itu berarti engkau termasuk dalam golongan mereka . Atau mungkin engkau termasuk golongan kami, lantaran itu hendaknya engkau berbuat seperti yang menjadi kebiasaan kami, karena kebiasaan kami adalah beristri. Orang yang paling durhaka di antara kalian ialah yang membujang, dan orang mati yang paling hina diantara kamu ialah kematian bujangan . Sungguh celaka kamu wahai 'Ukaf. Oleh karena itu menikahlah !"...(HR. Ibnu Atsir dan Ibnu Hajar)
" Barang siapa telah mempunyai kemampuan untuk menikah kemudian ia tidak menikah maka dia bukan termasuk umatku"(HR. Thabrani dan Baihaqi)
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata" Para ulama membagi orang dalam perkawinan menjadi beberapa macam. Pertama orang yang sudah berkeinginan untuk menikah dan mampu membiayai kehidupan serta merasa khawatir terhadap dirinya (akan terjerumus ke dalam perbuatan tercela jika tidak menikah), maka orang ini dianjurkan (disunnahkan) untuk menikah menurut semua ulama, dan dari madzhab Hambali dalam salah satu riwayat menambahkan bahwa dia wajib menikah".
"Dan nikahkanlah orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak nikah di antara hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya, dan Allah Maha Luas pemberianNya lagi Maha Mengetahui" (An Nur: 32)
"Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa" (Al An'am: 153)
Jika ingin mendapat pasangan yang baik, jadikan diri baik terlebih dahulu. Jika ingin mendapatkan istri yang salehah, jadikan diri anda saleh terlebih dahulu, dan sebaliknya. Bagaimana anda menuntut istri anda sekualitas Fatimah, sedangkan anda sendiri tidak sekapasitas Ali ? Bagaimana mungkin anda berharap istri anda setabah Sarah dan Hajar, sedangkan anda tidak sekokoh Ibrahim as ?
"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita yang kaji (pula). Dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)" (An Nur: 26)
Persiapan-persiapanya :
Jika anda laki-laki, ada kesiapan dalam diri anda untuk bertindak sebagai qawam dalam RT, berfungsi sebagai bapak bagi anak-anak yang akan lahir nantinya, bisa menanggung segala beban-beban yang disebabkan oleh karena posisi anda sebagai suami dan bapak, mampu memberikan kepuasan optimal kepada istrinya dalam hak istimta' ."Dan kalian wajib memberikan nafkah kepada mereka (istri-istri) dan memberi pakaian secara ma'ruf" (HR Muslim), mampu menyandang status sosial yang tadinya lajang dia masih menjadi bagian dari keluarga orang tuanya, setelah menikah mereka mulai dihitung sebagai keluarga tersendiri, dan masih banyak yang lainnya.
Jika anda perempuan, ada kesiapan untuk membuka ruang baru bagi intervensi seorang mitra bernama suami, kesiapan untuk mengurangi sebagian otoritas atas dirinya sendiri lantaran tunduk pada prinsip syura dan ketaatan pada suami, kesiapan untuk hamil, melahirkan dan menyusui. Siap menanggung beban-beban baru yang muncul akibat hadirnya anak, dan masih banyak yang lainnya.
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan sesuatu. Dan berbuat baiklah terhadap orang tua, kerabat-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan dirinya (An Nisa: 36)
Yaa Allah, sesungguhnya hambaMu ini memohon kepadaMu dengan IlmuMu pilihan yang paling tepat, hambamu ini memohon kekuatan kepadaMu dengan ke Maha KekuasaanMu, hambaMu memohon KaruniaMu yang besar. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa, sedangkan hambaMu ini tidak kuasa, Engkau Maha Mengetahui sedangkan hambaMu ini tidak mengetahui, dan Engkau yang mengetahui perkara yang Ghaib
Yaa Allah, apabila Engkau mengetahui apabila perkara ini baik bagi agama hamba-hambaMu, dan baik akibatnya bagi diri hamba-hambaMu ini di dunia maupun di akhirat, maka tetapkanlah dan mudahkanlah. Sesungguhnya apabila Engkau mengetahui bahwa perkara ini buruk bagi agama hamba-hambaMu, dan buruk akibatnya bagi hamba-hambaMu ini di dunia maupun di akhirat, maka jauhkanlah perkara ini dari hamba-hambaMu dan jauhkanlah diri hamba-hambaMu ini darinya. Tetapkanlah kebaikan untuk hamba-hambaMu dimanapun hamba-hambaMu ini berada, dan jadikanlah hamba-hambaMu ini ridha menerimanya... (HR. Bukhari)
Untuk para muslim dan muslimah yang belum berkeluarga. Ingat ! Menikah itu sunnah Rasulullah, jika engkau miskin Allah akan memampukanmu dengan karuniaNya.

Read More...

Rabu, 14 April 2010

Katakan Aku Cinta Padamu


Kawan, saat engkau bangun pagi ini, sudahkah engkau katakan cinta bagi orang-orang terdekat: Istri atau Suami? Ibu, Bapak, Kakek, Nenek, Adik, Kakak dan kerabatmu?
Belum, mungkin itu jawabmu. Karena di keluargamu tak ada budaya mengatakan cinta. Hingga kagok terasa bila harus mengungkapkannya.

Boro-boro, barangkali itu katamu. Sedang pagi hari semua harus ke tampat kerja dan ke sekolah, berpacu dengan waktu. Mana sempat bilang I Love U?
Kawan, saat bertemu dengan para sahabat hari ini, sudahkah engkau sampaikan cinta bagi mereka? Semua orang dekat baik di mata maupun di hati? Semua orang dekat baik karena darah maupun pertalian aqidah?
Tidak! Mungkin begitu tangkismu. Kebersamaanmu dengan mereka lebih karena tuntutan kerja dan aktifitas, mungkin itu jawabnya.
Tak biasa! Barangkali demikian kau bilang. Toh, obrolan dan jalan bersama sudah menunjukkan cinta. Hingga ia tak harus diuntai dalam kata. Sedang sikap dan perhatian lebih menunjukkan rasa yang kau punya untuk mereka.
Bisa jadi demikian halnya. Namun, alangkah indah jika engkau coba Sabda kekasihNya.
Dari Abu Karimah Al Miqdad bin Ma'dikariba ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Apabila seseorang mencintai Saudaranya, beritahukanlah kepadanya bahwa ia mencintainya” (HR Abu Daud)
Dari Anas ra, ia berkata: Ada seorang laki-laki duduk di hadapan Nabi SAW, kemudian ada seseorang yang lewat di situ, lalu orang yang duduk di hadapan Nabi berkata: “Ya, Rasulullah, sesungguhnya saya mencintai orang itu.” Nabi SAW bertanya: “Apakah kamu sudah memberitahukan kepadanya?” Dia menjawab: “belum.” Beliau bersabda: “Beritahukanlah kepadanya!” Kemudian dia menemui orang itu dan berkata: “Sesungguhnya saya mencintaimu karena Allah.” Orang itu menjawab: “Semoga kamu dicintai oleh Zat yang menjadikanmu mencintaiku karenaNya” (HR Abu Daud)
Kawan, pernahkah engkau mengunjungi kerabat, saudara dan sahabat, hanya karena engkau ingin mengunjunginya? Semata karena ingin menjalin tali cinta?
Tidak sempat. Bisa jadi seperti itu alasanmu. Terlalu banyak pekerjaan dan urusan yang tak mungkin ditinggalkan.
Kawan, pernahkah engkau menelepon 'hanya' untuk sekedar bersilaturahmi? Sekedar menyapa, mendengar suara di seberang sana dan menanyakan kabarnya?
Ah, tak terpikirkan. Dapat pula itu ungkapmu. Sedang masih banyak nomor terkait kewajiban menunggu untuk dihubungi.
Mungkin ada baiknya, jika engkau dengar sabda Sang Nabi berikut ini.
Dari Abu Hurairah ra, dari nabi SAW, beliau bersabda: “Sesungguhnya ada seseorang akan berkunjung ke tempat Saudaranya yang berada di desa lain, kemudian Allah ta'ala mengutus malaikat untuk mengujinya. Setelah malaikat itu berjumpad engannya ia bertanya: “Hendak kemanakah kamu?” Ia menjawab: “Saya akan berkunjung ke tempat saudaraku yang berada di desa itu.” Malaikat bertanya lagi: “Apakah kamu merasa berhutang budi padanya sehingga merasa perlu mengunjunginya? Laki-laki itu menjawab: ”Tidak. Aku mengunjunginya semata karena aku mencintainya karena Allah ta'ala. Malaikat kemudian berkata: “Sesungguhnya saya adalah utusan Allah untuk menjumpaimu, dan Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena Allah (HR Muslim)
Kawan, sudahkah kau jabat tangan saudaramu ketika bertemu? Sudahkah kau peluk keluargamu hari ini?
Pasti, seperti itu barangkali kau sampaikan. Karena itu telah menjadi kebiasaan masyarakat.
Bukan, sahabat! Karena ia adalah sesuatu yang disunnahkan. Menjadi penggugur dosa para pelakunya. Mewujudkan cinta para penghasungnya. Semoga berita yang dibawa sahabat dari sang pembawa risalah meneguhkanmu.
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: “Nabi SAW mencium Al Hasan bin Ali ra, kemudian Aqra' bin Habis berkata: Sesungguhnya saya memiliki sepuluh anak, tetapi saya tidak pernah mencium seorang pun dari mereka.” Maka Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa tidak mengasihi ia tidak akan dikasihi.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari 'Aisyah ra, ia berkata: “Zaid bin Haritsah dtang ke Madinah dan rasulullah SAW sedangn berada di rumahku, kemudian ia datang dan mengetuk pintu, lantas Nabi SA bangkit dan menarik kainnya, serta memeluk dan menciumnya.” (HR Turmudzi)
Dari Al Barra' ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “ dua orang islam yang bertemu kemudian mereka berjabat tangan maka dosa kedua orang tersebut diampuni sebelum keduanya berpisah.” (HR Abu Dawud)
Kawan, mengatakan cinta bukanlah tabu, bahkan ia disunnahkan Al musthafa.. Engkau tidak harus romantis untuk melakukannya. Engkau tidak usah malu karena merasa sudah bukan masanya. Karena cinta tidak mengenal usia. Bolehlah ia diungkap oleh anak kepada Bapak dan ibunya, Ayah bunda pada sang putra, keponakan kepada kerabatnya. Seseorang pada sahabatnya. Terlebih bagi pasangan hidupnya. Karena cinta adalah bahasa dunia.
Maka, apa yang menghalangimu mengatakan Aku Cinta Padamu hari ini, dan menunjukkan kasih sayang pada keluarga, saudara, kaum kerabat dan sahabat?

Read More...

Sabtu, 10 April 2010

Jumlah Karakter Nama Tentukan Kecocokan?


Pertanyaan
Assalaamu'alaikum Wr Wb
Saya seorang pria yang sedang berusaha mencari seorang gadis yang muslimah, setelah saya mendapatkan gadis pilihan tersebut, saya mengalami kesulitan dengan persyaratan yang paling utama yaitu harus sesuai dengan hitungan yang menurutnya bisa dipercaya oleh orang tuanya yaitu menghitung nama saya dengan anaknya dan ternyata menurut hasil hitungannya saya tidak cocok untuk menjadi pendampinganaknya.

Hal ini membuat saya bingung dan tidak tahu harus bagaimana menangapi bapaknya dalam hal ini, karena saya sangat mencintainya.
Yang menjadi pertanyaan;
1. Apa yang harus saya lakukan 2. Apakah hitungan ini dibenarkan menurut agama 3. Ada sebagian orang bilang bisa dibenarkan dan bisa juga tidak, mana yang benar
4. Kalau dibenarkan dasarnya apa. Kalau tidak pun dasarnya
apa. Mohon penjelasannya
Terima kasih, Wassalamualaikum.
Iw

Jawaban
Assalaamu'alaikum Wr Wb
Hitung-hitungan nama tidak ada dasarnya dalam Islam, asalnya dari budaya jawa kuno yang belum Islam dulu. Bisa dibenarkan atau tidak tergantung bagaimana memakainya.
Jika dalam memakai hitung-hitungan nama seperti itu terkait unsur menganggapnya benar dan bisa menentukan masa depan, itu sama artinya percaya ramalan, dan hal ini termasuk syirik dan syrik adalah dosa terbesar!!!
Jika hitung-hitungan nama sekedar untuk mencetak di undangan, muat atau tidak, maka itu boleh-boleh saja.
Jika orangtua si gadis ngotot seperti itu dan melarang anaknya dengan anda, bagaimana pendapat anak gadisnya itu sendiri? Apakah si gadis sendiri percaya hitung-hitungan? Jika ya, sudahlah, tinggalkan saja.
Hemat kami, punya mertua seperti itu akan bisa merepotkan juga nantinya, apalagi sebagai wali si gadis ia tidak suka dengan anda karena ramalan hitungan tersebut. Wallahua’lam bishshowwaab

Read More...

Muslimah Yang Bingung Memilih


Pertanyaan
Assalaamu'alaikum Wr Wb
Ustadz Ihsan, sebut saja saya ikhwan AT, saya lagi masalah. Begini ustadz, saya ada pilihan seorang muslimah yang sangat memenuhi persyaratan yang saya inginkan (sholehah, cerdas, dll). Saya pernah ungkapkan bahwa saya ingin 'serius' dengan dia dalam hal masa depan, dan pada waktu itu dianya merespon positif. Tapi ingin dalam proses ta'aruf dulu, belum ingin cepat menikah.

Dia tidak cepat ingin menikah karena masih trauma. Dia pernah disukai oleh seorang lelaki yang lain tetapi lelaki tersebut tidak memberikan kepastian hubungan mereka. Karena ketidakpastian tersebut, muslimah ini jadi ragu-ragu akan niat lelaki tersebut .
Baru-baru ini, dia itu bilang kepada saya, bahwa lelaki yang dulu pernah berta'aruf itu, kini kembali untuk serius dengannya. Hal ini membuatnya kebingungan, antara melanjutkan menuju khitbah dgn lelaki itu, atau memulai baru dengan adanya kemunculan saya.
Yang ingin saya tanyakan,
1. Apa yang harus saya lakukan Ustadz? maju terus pantang mundur, sebelum muslimah itu menerima pinangan lelaki itu? atau mempersilahkan dia itu untuk tidak memikirkan keberadaan saya?
2. Saya sadar peluang saya untuk maju terus adalah kecil, karena saya masih skripsi walau sudah kerja. Sedangkan 'saingan' saya sudah lulus. Tapi saya juga masih suka sama muslimah itu, karena dia tipe ideal seorang wanita sholehah yang pernah saya jumpai. Tolong berikan nasehat ttg ini Ustadz...
3. Dia ternyata juga masih ragu dalam mengambil keputusan ttg jodohnya, dan saya telah menganjurkan dia untuk rutin sholat istikharah, tapi dia bilang, kalau abis sholat istikharah, pilihan dia semuanya bagus dan semakin menambah kebingungannya. Tentang ini, apa yang bisa sarankan padanya Ustadz?
Sekian Ustadz kisah hati saya, tolong doakan dan sertakan nasehatnya. Semoga Allah selalu melimpahkan keberkahan kepada Ustadz sekeluarga.

Jazakillah Khairan Wassalamu'alaikum
Ikhwan AT

Jawaban
Assalaamu'alaikum Wr Wb Anda tentunya sadar bukan bahwa rubrik ini bukan tempat konsultasi bagaimana cara memaksa orang (wanita) yang ragu-ragu? Pada hemat kami, seorang wanita yang ragu tetaplah punya hak memilih yang dia inginkan. Jika sudah terus terang ia mengatakan ia ragu-ragu, maka mundur dululah ke belakang sebelum anda bertanya lebih lanjut. Bukankah kaidah fikihnya “tinggalkan yang meragukanmu kepada yang engkau tidak ragu.” Jadi jika ia (wanita tsb) ragu, biarkan dia memilih tanpa bingung dengan minggir dulu.
Percayalah, jodoh tak akan salah alamat, malaikat tak khianat pada Allah ketika melaksanakan keputusanNya. Jika ia memang jodoh anda, sehebat apapun saingan anda, anda jualah pemenangnya. Namun jika sekarang anda tetap ngotot, ia malah tambah bingung, padahal kata anda dia cerdas?
Kunci lain yang perlu anda pegang adalah harap dan doa kepada Allah, meskipun secara fisik anda minggir, namun secara doa boleh diteruskan, asalkan tidak zina hati. Namun lebih baik lagi jika anda juga berdoa dengan redaksi yang lebih aman untuk hati anda sendiri: “Ya Allah berikanlah untukku jodoh yang terbaik, siapapun dia.”
Satu hal lagi, jika anda mengatakan dia adalah tipe ideal seorang wanita (cantik, shalihat, cerdas) sebaliknya, apakah anda sudah melakukan penelitian diri sebebrapa shalehnya anda ? Apakah sebanding dengannya? Kami tak ingin anda menilai kecantikan dengan kegantengan, atau kecerdasan harus sama cerdas (cukup rata-ratalah), namun shaleh harus ketemu yang shalihat. Sebab begitulah kecocokan jodoh seharusnya. Wallahu a'lam bishshowaab

Read More...

Bertattoo Yang Ingin Taubat


Pertanyaan
Assalaamu'alaikum Wr Wb Uztadz yang terhormat, saya adalah seorang mahasiswa berumur 20 tahun. Saya dulunya sangat bandel, bahkan bisa dibilang rusak. Dulu saya pernah membuat tattoo ditubuh saya dan jumlahnya banyak. Pada waktu itu saya belum tahu hukumnya dan sekarang setelah saya tahu, saya ingin taubat.

Saya pernah bertanya kepada seorang yang tahu Islam jauh lebih banyak daripada saya, bahwa saya ingin taubat dan saya punya tatto yang banyak. Dan yang saya tahu kalau tattoo itu dilarang karena menutup kulit sehingga air wudhu tidak kena ke kulit. Begitu juga ketika junub, tubuh kita ada yang tidak kena air. Dia bilang kalo mau diterima taubatnya, harus menghilangkan tattoo itu dulu. Dan ada yang lain (selain dia) bilang: kalau mau taubat, ya sudah taubat saja yang sungguh-sungguh asal tidak mengulanginya lagi. Masalah tattoo itu sendiri, tidak dihilangkan juga tidak apa-apa karena dia tahu kalau menghilangkan tattoo itu sakitnya minta ampun sama seperti membuatnya. Dan itu katanya sama saja menganiaya diri sendiri. Dan menganiaya diri sendiri itu tidak boleh.
Ada jalan lain yaitu dengan teknologi yang baru, yaitu dengan laser. Tidak akan terasa sakit, namun harga yang dipasarkan sangat mahal, jauh lebih mahal dibanding dengan membuatnya. Maka dia bilang kalau saya tidak punya uang sebanyak itu, tattoo yang ada biarkan saja asal sayanya taubat dengan sungguh-sungguh karena ALLAH S.W.T tidak menyusahkan hamba_nya yang ingin kembali ke jalanNya.
Yang ingin saya tanyakan 1. Yang mana dari pernyataan itu yang paling benar?
2. Apakah uztadz punya komentar atau saran atau solusi yang lainnya?
3. Tolong jelaskan kepada saya sejelas-jelasnya, karena hati saya tidak tenang dan nyaman mengenai masalah ini.
4. Saya ingin uztadz membantu saya dalam recovery saya ini untuk kembali kejalan-Nya dengan jawaban yang pasti.
Terima kasih banyak kepada uztadz jika dapat memberikan jawaban yang membuat hati saya tenang menjalani taubat saya.
Wassalaamu'alaikum Wr Wb Tm

Jawaban
Assalaamu'alaikum Wr Wb,
Afwan jika kami salah, tetapi apakah tatoo itu tergambar di atas kulit atau di bawah kulit? Kalau tidak salah tatoo berada di bawah kulit karena jika tidak ia masih bisa diangkat. Jika tatoo tersebut sudah menyatu dengan kulit maka sebenarnya sudah menjadi bagian dari diri anda sebagaimana bekas luka/parut bukan?
Sepanjang pengetahuan kami jika tatoo tsb sudah menjadi bagian dari anda, maka ia tidak bisa dikatakan menghalangi wudhu. Yang jelas akan mengganggu pemandangan. Tolong anda tanyakan lagi kepada ahli fikih yang mengerti tatoo.

Kami sarankan anda memilah mana gambar-gambar tatoo yang ada di tubuh anda tsb yang mengandung makna atau gambar (1) yang mengandung cacat aqidah (nama berhala atau dewa, kalimat kekafiran, kalimat pelecehan Islam, simbol-simbol yang tak keruan dsb) (2) gambar porno dan jorok (3) yang melecehkan atau menghina orang lain.
Kami usul agar anda mengusahakan sekuat mungkin agar gambar atau tulisan semacam itu anda hilangkan dari tubuh anda meskipun anda harus bayar mahal. Kalau perlu menabunglah dan berdoalah sekuat mungkin. Buatlah prioritas menghilangkan mulai yang nomor 1 , katagori 2 dan baru ke tiga. Yang cuma gambar biasa bisa saja anda biarkan karena jika dipaksakan menghilangkan semua bisa jadi lebih mahal lagi.
Jika anda ingin taubat ada beberapa saran kami 1. Bertaubatlah yang sebenarnya. Jangan hanya bolak balik. Keraskanlah hati dalam meninggalkan maksiyat dan bencilah pada perbuatan dosa tsb. Perbanyaklah membaca dzikir taubat seperti sayyidul Istighfar.
2. Cari lingkungan pergaulan yang baik, teman yang baik dan shaleh, yang akan mengajak anda ke kebaikan dan tidak merendahkan anda karena anda barutaubat.
3. Percayalah 100 % pada Allah. Latihlah diri anda untuk HANYA Bergantung pada Allah. Cobalah untuk selalu berdoa kepada Allah setelah shalat, dan bicaralah dengan kata-kata anda sendiri dan permintaan anda sendiri. Jika anda menemui suatu kesulitan, sekecil apapun, berusahalah selalu minta pada Allah. Meskipun misalnya anda sedang menunggu bis atau kereta jurusan tertentu, sudah lama menunggu belum datang, anda mulai bosan menunggu atau anda terburu-buru. Berusahalah untuk berkonsentrasi kepada Allah dan mintalah kepadaNya. Jangan berputus asa jika masih belum juga dikabulkan. Sebab mungkin saja pahala doa anda disimpan Allah untuk diberi ganjaran di surga kelak.
4. Carilah ilmu islam kepada siapa saja yang bisa dipercaya. Orang berilmu yang menjalankan apa yang dikatakannya. Prang berilmu yang tidak berbelit-belit dalam menerangkan Islam. Orang yang mampu menjelaskan, bukan malah membingungkan. Orang yang konsisten kata-katanya, konsisten juga dengan perbuatannya. Carilah ilmu Islam sebanyak-banyaknya.
5. Teguhkanlah hati anda kepada Allah, jangan putus asa dan tetaplah bersangka baik padaNya. Wallahua’lam bishshowwaab

Read More...