Demo Site

Kamis, 08 April 2010

Calon Suami Lebih Muda, Kenapa Tidak?


Budaya di masyarakat kita yang masih diwarnai warisan norma-norma yang cenderung konservatif tidak semuanya harus dianggap mutlak dan harus tetap berlaku dimasa sekarang ini. Perbedaan masa dan rentang waktu serta perubahan iklim budaya sebenarnya juga tidak perlu ditolak selama masih dalam koridor kewajaran tata nilai agama. Soal pernikahan misalnya, para orang tua selalu beranggapan bahwa dengan alasan kedewasaan, kebijaksanaan dan juga soal kepatuhan seorang istri terhadap suami, maka calon suami haruslah lebih tua usianya dari calon istrinya. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika kemudian diketahui usia pasangan orang-orang tua terdahulu sering kali terpaut jauh antara suami dan istri.

Masa berlalu, zaman berubah dan aturan-aturan yang berlaku pun mulai bergeser meski juga tidak menyalahi norma yang tetap dianggap baku. Mulailah kemudian trend yang berkembang adalah pernikahan dengan usia yang relatif sama. Meski tidak selalu, tetapi biasanya proses ini dimulai dari kesamaan visi, kesamaan jenjang pendidikan, pekerjaan atau bahkan hanya bermula dari pertemanan semasa di bangku pendidikan. Memang tidak persis sama usia diantara keduanya, dan biasanya terpaut hanya dua atau tiga tahun. Namun kondisi yang demikian masih bisa dibilang relatif sebaya.
Dan kini, warisan norma-norma dari leluhur yang demikian ternyata masih terus dipegang (dipatuhi) kalangan muda -khususnya wanita- bahwa mereka harus mendapatkan calon pendamping, orang yang akan menjadi pemimpin keluarganya dengan salah satu kriteria bakunya adalah usia yang lebih dewasa. Hal ini masih terlihat di masyarakat kita, baik berupa ungkapan-ungkapan yang tersirat, maupun dari profil-profil yang seringkali kita jumpai di berbagai biro jodoh. Ambil satu contoh profil dari sebuah biro jodoh Islami di Jakarta, "Calon yang saya harapkan tidak sekedar yang beraqidah dan berakhlak baik, tetapi juga yang lebih dewasa, bijak dalam bertindak dan bersikap jujur, sholeh ..."
Sementara disisi lain, tidak sedikit ditemui pasangan-pasangan yang tidak mempedulikan faktor usia tersebut. Selama ada kecocokan, kematangan dan kedewasaan berpikir dari lelaki yang berusia lebih muda dan yang terpenting, sikap enerjik, penuh semangat dan berjiwa muda dari si wanita, kenapa tidak? pikir mereka.
Menikah Dengan Yang Lebih Muda, Bukan Masalah
Mungkinkah seorang wanita menemukan cintanya pada seorang laki-laki yang usianya lebih muda? dan pada akhirnya jika terjadi pernikahan diantara mereka, dapatkah cinta yang memagari mahligai rumah tangga itu bertahan selamanya dan atau bahkan menjadi yang terakhir? (Kompas Cyber Media/KCM)
Jawabnya, tentu saja mungkin. Simaklah sebuah pertanyaan dalam sebuah rubrik konsultasi keluarga berikut; "Ustadz, saya ingin menikah dengan seorang wanita janda beranak dua. Tetapi wanita ini usianya kurang lebih 40 tahun dan saya jelas 26 tahun. Kami memang berdua saling mencintai. Langkah-langkah apa yang harus saya perbuat dengan dia setelah seumpanya kami berdua jadi nikah nanti?". Dan dengan bijak sang Ustadz menjawab; "Alhamdulillah, anda lebih mirip dalam mengikuti jejak langkah Nabi SAW daripada saya sendiri. Nabi SAW menikah pertama kali dengan Khadijah RA yang janda berusia 40 th dengan sekian anak dari suami-suami sebelumnya. Perkawinan Beliau SAW dengan Khadijah RA adalah perkawinan yang berkah luar biasa ..."
Contoh diatas memberi bukti bahwa bukan tidak mungkin seorang wanita yang bahkan sudah mempunyai anak dari suami sebelumnya (entah bercerai atau karena si suami meninggal) mendapatkan kembali sebuah cinta yang menjadi ruh bagi rumah tangganya. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pasangan tersebut menyiasati perbedaan usia yang mau tidak mau sudah pasti menciptakan gap antara mereka.
Selain itu, cukup penting untuk diketahui faktor-faktor yang menyebabkan hal ini bisa terjadi di luar faktor Allah -adalah bahwa Allah yang maha berkehendak atas setiap makhluk-Nya-. Artinya, ada faktor dari si manusianya sendiri yang memegang peranan cukup signifikan sehingga "hubungan unik" ini bisa terjadi. Jika si wanita adalah orang yang penuh semangat, enerjik, berjiwa muda dan menyukai hal-hal yang penuh tantangan sebagai cerminan dari jiwa petualangnya, tentu hal-hal demikian akan mampu menyembunyikan goretan-goretan usia tuanya. Ia bisa tampil lebih fresh, lebih muda meski usianya menginjak usia diatas 35. Jadi sebaiknya, para wanita yang belum menemukan jodoh di usianya yang menginjak kepala tiga, tak ada salahnya untuk memperbaiki penampilan untuk lebih fresh, lebih enerjik dan penuh semangat.
Gap Akibat Perbedaan Usia
Mengutip sebuah artikel di KCM, Judith Sherven, PhD, penulis The New Intimacy: Discovering the Magic at the Heart of Your Relationship mengatakan, dinding pemisah akibat perbedaan usia, tentu saja ada, dan harus diakui. Anda sangat naif jika menganggap perbedaan umur yang mencolok bukan masalah.
Jika pasangan Anda empat atau lima tahun lebih muda atau lebih tua, maka perbedaan itu tidak banyak pengaruhnya. Namun, jika pasangan Anda sepuluh atau duapuluh tahun lebih tua atau lebih muda daripada Anda, maka perbedaan ini bisa menghasilkan kesulitan-kesulitan, tambah Sherven.
"Pasangan yang lebih tua, cenderung memiliki energi dan waktu lebih sedikit dan mungkin tidak lagi tertarik mengeksplorasi hal-hal baru. Pasangan yang lebih muda mungkin ingin ber- rock and roll sepanjang malam bersama kawan-kawan seusianya. Tentu saja ini membosankan bagi yang lebih tua," ujar Sherven lagi.
Namun seberapa besar gap itu? Tergantung bagaimana pasangan tersebut menyikapi perbedaan-perbedaan yang ada. Dinikmati saja, atau dibuat frustasi? Pertanyaan paling penting yang harus diajukan diantara pasangan ini, menurut Sherven adalah: "Siapakah kamu?" Tentu saja dalam arti luas, menyangkut pandangan hidup, pekerjaan, keluarga, kesukaannya, gaya hidup, dan lain-lain. Dan ini sangat membantu memahami perbedaan yang ada.
Wanita yang lebih tua menawarkan kebijaksanaan, dan pengalaman. Laki-laki yang lebih muda menawarkan ide-ide baru, khususnya tentang peran-peran dalam keluarga.
Diane Smith, seorang perawat di Inggris berusia 44 tahun yang menikah dengan laki-laki yang 14 tahun lebih muda mengatakan, "Anda tahu, laki-laki seusia saya, selalu mencari wanita yang dapat merawatnya," katanya. "Saya sendiri menginginkan laki-laki yang dapat menjaga dirinya sendiri." (KCM)
Yang tidak ia mengerti adalah mengapa laki-laki itu memilihnya, sementara banyak wanita muda dengan bentuk tubuh indah dan segar berkeliaran di luar sana. "Wanita sungguh tidak dapat mengerti, mengapa laki-laki menginginkan yang lebih tua, ketika keadaan mereka sendiri masih muda dan segar bugar. Apalagi masih banyak wanita muda dan cantik," ujarnya.
Agaknya, lanjut Smith, laki-laki yang jatuh cinta pada wanita lebih tua cenderung melihat bahwa gadis-gadis cute itu sangat muda, manja dan lugu, bahkan terkadang bodoh. Sementara laki-laki berkembang dan tumbuh dengan menginginkan kesempurnaan, pemahaman, pengalaman, pengetahuan, sesuatu yang bisa diberikan oleh wanita yang lebih tua usianya, katanya.
Laki-laki yang lebih tua, kadang mencari gadis-gadis muda untuk membuatnya merasa kuat, jantan dan powerfull. Tidak demikian halnya dengan wanita lebih tua yang menikahi laki-laki muda. "Tidak seperti laki-laki, ego seperti itu tidak penting bagi wanita," kata Smith. "Yang terpenting bagi kami adalah menemukan seseorang yang mencintai dan bisa menjadi teman terbaik," tambahnya.
Hmm ... semakin banyak kesamaan yang Anda miliki dan semakin tinggi komitmen yang Anda sepakati, semakin besar pula peluang yang Anda miliki untuk bisa mempertahankan hubungan itu. Jadi, kenapa tidak?

0 komentar:

Posting Komentar