Antara Sakit Hati, Dendam dan Ketentraman Jiwa

Pertanyaan
Assalaamu'alaikum Wr Wb
Bapak Ustadz yang saya hormati, saya ingin minta saran Bapak mengenai masalah yang sedang saya hadapi saat ini.
Saya pernah ditolak cinta oleh seorang wanita, tapi hubungan kami tidak putus begitu saja. Kami tetap berteman bahkan saya tetap sering menolongnya dalam segala hal. Beberapa minggu kemudian dia punya pacar baru yang sayangnya berakhlak buruk, tidak suka sholat dan pemabuk, padahal si wanita ini rajin sholat, pandai mengaji dan termasuk mahasiswi cerdas di kampusnya.

Walaupun dia sudah punya pacar, saya tetap sabar menantinya dan tetap membantu dia termasuk memberi sebagian biaya hidup, karena keluarganya memang sedang kesulitan keuangan. Tetapi alangkah sakit hati saya begitu mengetahui dia sudah kebablasan dengan pacarnya. Wanita yang selama ini dianggap anak baik oleh keluarganya, dikagumi teman-teman dan dosennya itu ternyata sudah pengalaman berzina.
Sekarang pacarnya sekolah diluar negeri, tetapi mereka tetap sering 'berzina' walaupun cuma lewat email. Terus terang cuma saya yang tahu hal ini. Keluarganya dan teman-temannya tidak ada yang tahu. Diapun mengakui hal itu pada saya dan mengaku menyesal telah melakukan perbuatan itu, tapi dia tidak berdaya setiap kali pacarnya mengajak berhubungan intim.
Setelah itu dia mengakui pula bahwa selama 3 tahun ini dia cuma memanfaatkan saya, karena dia memang butuh pertolongan dan cuma saya yang dia anggap bisa menolong.
Saya sakit hati sekali, ternyata selama ini saya cuma dimanfaatkan, tapi tak pernah dicintai. Tapi saya sudah terlanjur mencintainya, akhirnya saya nyatakan lagi cinta saya, dan saya katakan bahwa saya menerima dia apa adanya, tidak perduli dia masih perawan atau tidak. Tapi dia malah marah dan kecewa karena ternyata selama ini saya menolong dia karena ada maunya.
Akhirnya dia memutuskan hubungan silaturahmi dengan saya dan tak pernah menghubungi saya lagi, bahkan ketika dia mendapat beasiswa untuk belajar di luar negeripun dia tidak memberitahu saya.
Sekarang dia ada di negara yang sama dengan pacarnya. Hati sayapun gelisah karena berpikir dia pasti 'enak-enak' berzina dengan pacarnya di sana sementara saya di sini menderita dan sering sakit-sakitan.
Pak ustadz, ingin rasanya saya balas dendam dengan memberitahu keluarga dan teman-temannya bahwa dia itu sebenarnya pezina!! Saya punya bukti-bukti kuat tentang perbuatannya itu. Rasanya saya akan puas sekali kalau semua orang tahu siapa dia sebenarnya. Sebab gadis cerdas di kampus itu, anak yang baik dan penurut itu ternyata cuma seorang ahli zina!!
Dendam itu terus berkobar dalam dada saya, tapi masih tertahan karena di sisi hati yang lain saya juga menyayangi dia, saya ingin memilikinya. Tapi itu tidak mungkin karena dia sudah bertekad tak akan pernah mencintai saya.
Pak ustadz, saya ingin hati saya tentram tanpa memikirkan balas dendam. Saya sudah coba perbanyak sholat malam, membaca Alquran, tapi semuanya cuma bisa mengobati sementara. Saya tidak mau sesat karena dendam, saya ingin jiwa saya damai. Tapi bagaimana caranya? Terima kasih atas perhatiannya.
Wassalaamu'alaikum Wr Wb
Someone

Jawaban
Assalaamu'alaikum Wr Wb
Astaghfirullah, Alhamdulillah, Insya Allah. Itu rangkaian kata-kata pertama kami kepada anda. Mengapa demikian?
Ada hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhary, intinya: ruh itu bagai tentara, berbaris sesama jenisnya. Ruh saling tarik menarik berkumpul dengan yang sejenis. Tampak anda berbeda barisan dengan wanita itu dan pacarnya.
Persoalannya, anda sedang diganggu setan dengan ditanamkan “cinta palsu yang berdasarkan nafsu belaka” oleh setan kepada wanita itu. Buktinya: (1) Nilai ‘baik’ dan ‘buruk’ yang anda anut sangat berbeda dengan mereka. (2) saat ini
anda dilanda benci yang anda kira merupakan cemburu dan dendam karena dia pergi dengan pacarnya, padahal sebenarnya anda benci perbuatannya yang buruk dan kesal karena dimanfaatkan.
Memelihara dendam itu menyakitkan, jika wanita tersebut sudah pergi jauh, lupakan dia dan ucapkanlah “Alhamdulillah saya tidak terjerumus oleh nafsu saya padanya sebagaimana ia pada pacarnya”.
Nikmat pemeliharaan Allah pada anda ini harus anda syukuri. Itulah setan, pandai sekali memalingkan anda dari bersyukur atas terhindarnya anda dari keburukan wanita itu dengan mengobarkan dendam dan cemburu. Standar moral anda sendiri sudah mengatakan kemuakan anda atas kelakuan mereka yang bukan saja buruk karena berzina, juga hipokrit.
Itu dengan jelas menunjukkan bahwa anda dan mereka tidak sejenis. Oleh karena itu ingatlah patokan berikut:
Seseorang yang menganut moralitas Al Qur’an dengan seorang yang menjauhi moralitas Al Qur’an tidak akan saling mencintai. Kami yakin apa yang anda rasakan saat ini bukan bukti cinta, tapi bukti kemarahan. Banyak sekali ayat Al Qur’an maupun hadits yang mendukung pendapat kami ini, silahkan anda “mengembara” sendiri ke dalam halaman-halaman Kitab Suci dan membuktikannya, bahkan kasih sayang antar yang sedarah-pun bisa hilang karena perbedaan keimanan.
Berdasarkan alasan-alasan di atas, kami mengusulkan anda segera mencari wanita lain untuk anda sukai dan kemudian nikahi. Tak usah berharap untuk segera mencintai wanita lain, karena saat ini perasaan cinta anda sedang “dikuasai nafsu marah kepada wanita itu”.
Mata anda saat ini sedang buta, buta dari melihat bahwa yang jelek tetap jelek dan di luar sana masih sangat banyak wanita lain yang suci, shalihat dan tak kalah menariknya dan tak kalah baiknya untuk pantas dicintai anda. Belajarlah melupakan kemarahan anda lebih dahulu, Insya Allah anda akan sanggup mencintai wanita lain dan akan lebih kokoh.
Bahwa sekarang wanita itu sendiri yang memutuskan hubungan komunikasi dengan anda, adalah satu lagi hal yang harus anda syukuri. Ini satu lagi bukti betapa Allah Melindungi anda! Tapi hati-hatilah, ketika anda sudah bisa melupakannya bisa saja ia akan datang lagi dan mengganggu anda, karena pada hakekatnya ia sudah bersekutu dengan setan dan karena itu akan dijadikan sebagai umpan bagi anda, segeralah membentengi diri anda dengan menikahi wanita shalihat dan berketurunan dengannya, sehingga anda dapat belajar mencintai ibunya anak anda melalui cinta anda kepada anak anda sendiri. Kami do’akan. Wallahua’lam bishshowwaab